Sabtu, 21 Februari 2015

Sinopsis, unsur intrinsik, dan ekstrinsik novel sitti nurbaya

Novel Sitti Nurbaya

Judul                            : Sitti Nurbaya : Kasih Tak Sampai
Penulis                         : Marah Rusli
Penerbit                      : BalI Pustaka
Tempat Terbit                         :  Jakarta
Tahun pertama terbit : 1922
Jumlah Halaman         : 291
Sinopsis :
Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.
Awalnya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.
Menghadapi kenyataan seperti itu Baginda Sulaiman yang memang sudah tak sanggup lagi membayar hutang-hutangnya tidak menemukan pilihan lain selain yang ditawarkan oleh Datuk Maringgih. Namun Baginda Sulaiman tak pernah sekalipun memaksa Siti Nurbaya untuk menikah dengan Datuk Maringgih, Siti Nurbaya sendirilah yang mau melakukan itu semua demi ayah yang sangat disayanginya, Baginda Sulaiman.
Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa ia harus menikah dengan Datuk Maringgih yang sudah tua. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahnya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya dengan menikah dengan Datuk Maringgih.
Samsulbahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya. Pada suatu hari ketika Samsulbahri dalam liburan kembali ke Padang, ia dapat bertemu empat mata dengan Siti Nurbaya yang telah resmi menjadi istri Datuk Maringgih. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgih sehingga terjadi keributan. Teriakan Siti Nurbaya terdengar oleh ayahnya yang sedang sakit keras. Baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi akhirnya jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas terakhir.
Mendengar itu, ayah Samsulbahri, yaitu Sultan Mahmud yang merupakan penghulu kota Padang, malu atas perbuatan anaknya. Sehingga Samsulbahri harus kembali ke Jakarta dan ia berjanji untuk tidak kembali lagi kepada keluargannya di Padang. Datuk Maringgih juga tidak tinggal diam dan Siti Nurbaya diusirnya.
Siti Nurbaya yang mendengar bahwa kekasihnya diusir orang tuanya, timbullah niat untuk pergi menyusul Samsulbahri ke Jakarta. Tetapi niatnya itu diketahui oleh kaki tangan Datuk Maringih. Karena itu dengan siasatnya, Datuk Maringgih dengan bantuan kaki tangannya dapat memaksa Siti Nurbaya kembali dengan perantara polisi.
Tak lama kemudian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang beracun yang sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih. Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsulbahri sehingga ia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diri. Akan tetapi ia tak meninggal. Sejak saat itu Samsulbahri tidak meneruskan sekolahnya dan memasuki dinas militer.
Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.
Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahandanya, namun ayahnya tidak menyadari jika samsul bahri adalah Letnan Mas, karena ia mengira jika samsul bahri sudah meninggal 10 tahun yang lalu. Letnan Mas berkata bahwa samsul bahri mempunyai satu permintaan jika ia meninggal, makamnya harus dikuburkan diantara makam ibunya dan Siti Nurbaya dan Letnan Mas berkata bahwa Samsul Bahri masih hidup dan berganti nama menjadi Letnan Mas dan sekarang berada di rumah sakit yang sedang ditempatinya, Namun ayahnya tetap tidak tahu karena ia bahkan tidak tahu ia sedang berbicara dengan siapa. Setelah mengucapkan kalimat tersebut Letnan Mas meninggal dunia, setelah bertanya kepada dokter dimana ruangan Lentan Mas dirawat, ayah Samsul Bahri baru tahu bahwa Letnan Mas adalah anaknya.
Kemudian dengan upacara kebesaran, baik pihak pemerintah maupun dari penduduk Padang, dimakamkanlah jenazah Letnan Mas atau Syamsul Bahri itu diantara makam Siti Maryam dan Siti Nurbaya seperti yang dimintanya.
Sepeninggal Syamsul Bahri, karena rasa sesal dan sedihnya maka Sutan Mahmud Syah juga meninggal beberapa hari kemudian. Jenazahnya dikebumikan didekat makam isterinya, yakni Siti Maryam.
Beberapa bulan kemudian Zainularifin dan Baktiar  berziarah setelah lulus dalam ujiannya sehingga masing-masing telah menjadi dokter san opzichter.

UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL SITTI NURBAYA
A.     Unsur Intrinsik
1.      Tema         : Kisah Cinta
2.       Penokohan
No
Kutipan
Latar
1
Latar Tempat
a.      Tatkala berbunyi meriam yang dipasang di kapal, akan memberi selamat tinggal kepada Pelabuhan Teluk Bayur, baharulah nyata oleh Nurbaya, bahwa kapal itu telah membelok menuju ke barat.
b.      “Sesungguhnya kota Jakarta ini sangat besar dan sangat ramai, penuh dengan toko dan rumah yang besar-besar dan bagus-bagus. Harus jadi ibu negeri Indonesia,”kata Nurbaya
Pelabuahan Teluk Bayur
Jakarta
2
Latar Suasana
a.      Telah lama ayahanda rasai dan ketahui kesalahan ayahanda karena telah menjatuhkan hukuman yang berat, ke atas diri Ananda, dengan tiada usul periksa yang sebaik-baiknya, sehingga sesal yang tak kunjung putus, telah menggoda ayahanda. Oleh sebab itu, beringin benar ayahanda beroleh maaf dari Ananda, dunia dan akhirat.
b.      Semalam itu lupalah Nurbaya akan hal ihwal yang telah ditanggungnya, dan dirasainyalah kesenangan seorang perempuan yang bebas, yang berdekatan dengan kekasihnya. Malam itu adalah malam yang ketiga kali, Nurbaya merasa untungnya mujur.
Menyesal
Melupakan segala masalah, Bahagia
3
Latar Waktu
a.      Jakarta, 10 Agustus 1896
Awal bermula berjejak kalam,
Pukul sebelas suatu malam,
Bulan bercaya mengedar alam,
Bintang bersinar laksana nilam.
b.      Pada senja hari yang baru diceritakan, kelihatan bendi Sutan Mahmud masuk ke dalam pekarangan sebuah rumah gedung di Kampung Alang Lawas. Di dalam bendi ini duduk Sutan Mahmud.
Tahun 1896
Sore hari
3.      Amanat
a.      Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga akan menyebabkan penyesalan di akhir hayatnya.
b.      Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan apa saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat merugikan dirinya sendiri. Lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya.
c.       Siapa yang berbuat jahat tentu akan mendapat balasan sebagai akibat dari perbuatan itu. Seperti Datuk Meringgih yang berhasil dibunuh oleh Samsulbahri.
U          
              UNSUR EKSTRINSIK
A.     Adat
1.      “Rupanya Kakanda lupa akan perkataan Kakanda tadi dan adat kita yang asli, yaitu laki-laki tak usah memberi belanja istrinya atau anaknya, karena anak istrinya itu tanggungan mamaknya. Laki-laki dipandang sebagai orang semenda, orang menumpang saja; jadi walaupun istri dan anak banyak tiada menyusahkan.”
Adat     : seorang suami tidak memberi nafkah kepada istrinya dan tidak membiayai sekolah dan kebutuhan anaknya karena hal itu merupakan kewajiban paman/bibi dari anaknya.
B.      Kebiasaan
a.      “Katanya tak patut seorang bangsawan berjudi dan menyabung ayam. Bukankah itu permainan anak raja dan saudagar yang kaya raya? Yang tak beruang dan tak berbangsa itulah yang bekerja, menerima upah dari orang lain; takut kalau-kalau mati kelaparan. Tetapi hamba, masakan sedemikian?” jawab Sutan Hamzah.
Kebiasaan        : seorang bangsawan dan saudagar biasanya akan bermain judi dan menyabung ayam.
b.      Pada keesokan harinya diusunglah sebuah jenazah dari rumah Sutan Mahmud, Penghulu di Padang, yang dipikul oleh empat orang Kepala Kampung. Jenazah ini, sebagai kebiasaan Padang, ditutup dengan kain putih, yang penuh ditaburi bunga-bungaan. Sebelah ke muka, ditengah-tengah, dan sebelah ke belakang, jenazah itu dipayungi dengan payung kuning, tanda yang meninggal itu seorang bangsawan tinggi.
Kebiasaan        : Saat ada orang meninggal, jenazah akan ditutupi dengan kain putih dan ditaburi bunga, dan apabila yang meninggal adalah bangsawan akan dipayungi dengan payung kuning
c.        "Sampai sekarang aku belum mengerti, bagaimana pikiranmu, tatkala mengawini perempuan itu. Apanya yang kau pandang? Bagusnya itu saja? Apa gunanya beristri bagus, kalau bangsa tak ada, Serdadu Belanda bagus juga, tetapi siapa yang suka menjemputnya?"
Kebiasaan : orang berpangkat tinggi di padang, memandang perempuan hanya dari pangkatnya.
d.       “Bukankah baik orang berbangsa itu beristri berganti-ganti, supaya kembang keturunannya? Bukankah hina, jika ia beristri hanya seorang saja? Sedangkan orang kebanyakan, yang tiada berpangkat dan tiada berbangsa, terkadang-kadang sampai empat istrinya, mengapa pula engkau tiada?”
Kebiasaan : oorang berpangkat tinggi di padang biasa beristrikan lebih dari satu.
C.           Etika
1.      Etika : Meminta izin kepada orang tua sebelum bepergian
Bukti kalimat :  Setelah dilihat Samsu ayahnya, lalu dihampirinya orangtuanya itu, seraya berkata, "Kalau Ayah izinkan, hamba hendak pergi esok hari bermain-main ke gunung Padang."
2.      Etika : Menjenguk saudara dekat yang sedang sakit setelah pulang dari suatu tempat yang jauh.
Bukti kalimat : "Sakit apakah Mamanda Baginda Sulaiman?" tanya Samsu. "Sakit demam dan sakit kepala," jawab Sitti Maryam.
"Baiklah, segera hamba pergi ke sana," kata Samsu, lalu masuk ke biliknya akan menukar pakaiannya. Tatkala itu datanglah sais Ali membawa sekalian buah-buahan yang dibawa Samsu dari Jakarta.
2.      Etika : Jika pergi ke tempat yang baru, hendaknya mematuhi aturan, adat, dan kebiasaan yang berlaku di tempat tersebut
Bukti kalimat : “Jika pergi ke negeri orang, haruslah air orang disauk, dan ranting orang dipatah, artinya jangan membawa aturan sendiri, melainkan adat kebiasaan orang dan negeri itulah yang dipakai dan dijalanan
sumber :  http://miawwcuapcuap.blogspot.com/2013/11/sinopsis-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik.html

1 komentar:

  1. Anda Hobi Memprediksi Angka Togel ? Punya Mimpi Keberuntungan yang Tepat ? Tapi Bingung Cari Bandar Togel Yang Aman dan Terpercaya ?
    Mari Bergabung Bersama Kami di suksestoto,com , Kami Salah Satu
    Untuk Anda Member yang baru bergabung!kami memberikan Promo Khusus yaitu :
    -Bonus New Member 10rb untuk deposit pertama kali 50rb
    Promo Untuk Member Lama dan Member Baru :
    -Bonus Komisi 2% untuk anda yang mengajak Teman bermain.
    -Bonus Diskon Besar Besaran :
    *4D Diskon - 66% Hadiah 1.000 = 3.000.000 ( 1:3000 )
    *3D Diskon - 59% Hadiah 1.000 = 400.000 ( 1:400 )
    *2D Diskon - 29% Hadiah 1.000 = 70.000 ( 1:70 )
    -Bonus Jackpot Mingguan sebesar 2%
    Ayo Pasang angka anda di (S) (U) (K) (S) (E) (S) (4) (D) BO yang sudah terbukti Aman dan Terpercaya,silahkan Add pin BB kami pak 2B4BABF8 / 7B59A173
    salam JP! dari SUKSES4D
    togel singapore

    BalasHapus