Penulis :
Marah Rusli
Penerbit :
BalI Pustaka
Tempat Terbit : Jakarta
Tahun pertama terbit :
1922
Jumlah Halaman :
291
Sinopsis :
Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka
bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga
dewasa ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya.
Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal
usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.
Awalnya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan
pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka
untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya
membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha
Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya
pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk
Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua
hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman
mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.
Menghadapi kenyataan seperti itu Baginda Sulaiman yang
memang sudah tak sanggup lagi membayar hutang-hutangnya tidak menemukan pilihan
lain selain yang ditawarkan oleh Datuk Maringgih. Namun Baginda Sulaiman tak
pernah sekalipun memaksa Siti Nurbaya untuk menikah dengan Datuk Maringgih,
Siti Nurbaya sendirilah yang mau melakukan itu semua demi ayah yang sangat
disayanginya, Baginda Sulaiman.
Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa ia harus
menikah dengan Datuk Maringgih yang sudah tua. Lebih sedih lagi ketika ia
teringat Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta.
Sungguh berat, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahnya ia mau
mengorbankan kehormatan dirinya dengan menikah dengan Datuk Maringgih.
Samsulbahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang
terjadi di desanya, karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan
tentang nasib yang dialami keluarganya. Pada suatu hari ketika Samsulbahri
dalam liburan kembali ke Padang, ia dapat bertemu empat mata dengan Siti
Nurbaya yang telah resmi menjadi istri Datuk Maringgih. Pertemuan itu diketahui
oleh Datuk Maringgih sehingga terjadi keributan. Teriakan Siti Nurbaya
terdengar oleh ayahnya yang sedang sakit keras. Baginda Sulaiman berusaha
bangkit, tetapi akhirnya jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas terakhir.
Mendengar itu, ayah Samsulbahri, yaitu Sultan Mahmud yang
merupakan penghulu kota Padang, malu atas perbuatan anaknya. Sehingga
Samsulbahri harus kembali ke Jakarta dan ia berjanji untuk tidak kembali lagi
kepada keluargannya di Padang. Datuk Maringgih juga tidak tinggal diam dan Siti
Nurbaya diusirnya.
Siti Nurbaya yang mendengar bahwa kekasihnya diusir orang
tuanya, timbullah niat untuk pergi menyusul Samsulbahri ke Jakarta. Tetapi
niatnya itu diketahui oleh kaki tangan Datuk Maringih. Karena itu dengan
siasatnya, Datuk Maringgih dengan bantuan kaki tangannya dapat memaksa Siti
Nurbaya kembali dengan perantara polisi.
Tak lama kemudian Siti Nurbaya meninggal dunia karena
memakan lemang beracun yang sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih.
Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsulbahri sehingga ia menjadi putus
asa dan mencoba melakukan bunuh diri. Akan tetapi ia tak meninggal. Sejak saat
itu Samsulbahri tidak meneruskan sekolahnya dan memasuki dinas militer.
Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering
terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan
orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk
melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas
segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu
keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih
jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri
dengan parangnya.
Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah
sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan
dengan ayahandanya, namun ayahnya tidak menyadari jika samsul bahri adalah
Letnan Mas, karena ia mengira jika samsul bahri sudah meninggal 10 tahun yang
lalu. Letnan Mas berkata bahwa samsul bahri mempunyai satu permintaan jika ia
meninggal, makamnya harus dikuburkan diantara makam ibunya dan Siti Nurbaya dan
Letnan Mas berkata bahwa Samsul Bahri masih hidup dan berganti nama menjadi
Letnan Mas dan sekarang berada di rumah sakit yang sedang ditempatinya, Namun
ayahnya tetap tidak tahu karena ia bahkan tidak tahu ia sedang berbicara dengan
siapa. Setelah mengucapkan kalimat tersebut Letnan Mas meninggal dunia, setelah
bertanya kepada dokter dimana ruangan Lentan Mas dirawat, ayah Samsul Bahri
baru tahu bahwa Letnan Mas adalah anaknya.
Kemudian dengan upacara kebesaran, baik pihak pemerintah
maupun dari penduduk Padang, dimakamkanlah jenazah Letnan Mas atau Syamsul
Bahri itu diantara makam Siti Maryam dan Siti Nurbaya seperti yang dimintanya.
Sepeninggal
Syamsul Bahri, karena rasa sesal dan sedihnya maka Sutan Mahmud Syah juga
meninggal beberapa hari kemudian. Jenazahnya dikebumikan didekat makam
isterinya, yakni Siti Maryam.
Beberapa bulan kemudian Zainularifin dan Baktiar berziarah setelah lulus dalam ujiannya
sehingga masing-masing telah menjadi dokter san opzichter.
UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL SITTI NURBAYA
A.
Unsur Intrinsik
1.
Tema :
Kisah Cinta
2. Penokohan
No
|
Kutipan
|
Latar
|
|
1
|
Latar Tempat
|
a.
Tatkala
berbunyi meriam yang dipasang di kapal, akan memberi selamat tinggal kepada
Pelabuhan Teluk Bayur, baharulah nyata oleh Nurbaya, bahwa kapal itu telah
membelok menuju ke barat.
b.
“Sesungguhnya
kota Jakarta ini sangat besar dan sangat ramai, penuh dengan toko dan rumah
yang besar-besar dan bagus-bagus. Harus jadi ibu negeri Indonesia,”kata
Nurbaya
|
Pelabuahan Teluk Bayur
Jakarta
|
2
|
Latar Suasana
|
a.
Telah
lama ayahanda rasai dan ketahui kesalahan ayahanda karena telah menjatuhkan
hukuman yang berat, ke atas diri Ananda, dengan tiada usul periksa yang
sebaik-baiknya, sehingga sesal yang tak kunjung putus, telah menggoda
ayahanda. Oleh sebab itu, beringin benar ayahanda beroleh maaf dari Ananda,
dunia dan akhirat.
b.
Semalam
itu lupalah Nurbaya akan hal ihwal yang telah ditanggungnya, dan
dirasainyalah kesenangan seorang perempuan yang bebas, yang berdekatan dengan
kekasihnya. Malam itu adalah malam yang ketiga kali, Nurbaya merasa untungnya
mujur.
|
Menyesal
Melupakan segala masalah, Bahagia
|
3
|
Latar Waktu
|
a.
Jakarta,
10 Agustus 1896
Awal bermula berjejak kalam,
Pukul sebelas suatu malam,
Bulan bercaya mengedar alam,
Bintang bersinar laksana nilam.
b. Pada senja hari yang baru diceritakan,
kelihatan bendi Sutan Mahmud masuk ke dalam pekarangan sebuah rumah gedung di
Kampung Alang Lawas. Di dalam bendi ini duduk Sutan Mahmud.
|
Tahun 1896
Sore hari
|
3.
Amanat
a.
Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana,
tidak memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi perasaan malu belaka
sehingga akan menyebabkan penyesalan di akhir hayatnya.
b.
Demi orang-orang yang dicintainya seorang
wanita bersedia mengorbankan apa saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat
merugikan dirinya sendiri. Lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya.
c.
Siapa yang
berbuat jahat tentu akan mendapat balasan sebagai akibat dari perbuatan itu.
Seperti Datuk Meringgih yang berhasil dibunuh oleh Samsulbahri.
U
UNSUR
EKSTRINSIK
A. Adat
1.
“Rupanya Kakanda lupa akan perkataan Kakanda
tadi dan adat kita yang asli, yaitu laki-laki tak usah memberi belanja istrinya
atau anaknya, karena anak istrinya itu tanggungan mamaknya. Laki-laki dipandang
sebagai orang semenda, orang menumpang saja; jadi walaupun istri dan anak
banyak tiada menyusahkan.”
Adat : seorang suami tidak memberi nafkah kepada
istrinya dan tidak membiayai sekolah dan kebutuhan anaknya karena hal itu
merupakan kewajiban paman/bibi dari anaknya.
B. Kebiasaan
a.
“Katanya tak patut seorang bangsawan berjudi
dan menyabung ayam. Bukankah itu permainan anak raja dan saudagar yang kaya
raya? Yang tak beruang dan tak berbangsa itulah yang bekerja, menerima upah
dari orang lain; takut kalau-kalau mati kelaparan. Tetapi hamba, masakan
sedemikian?” jawab Sutan Hamzah.
Kebiasaan : seorang bangsawan dan saudagar
biasanya akan bermain judi dan menyabung ayam.
b.
Pada keesokan harinya diusunglah sebuah
jenazah dari rumah Sutan Mahmud, Penghulu di Padang, yang dipikul oleh empat
orang Kepala Kampung. Jenazah ini, sebagai kebiasaan Padang, ditutup dengan
kain putih, yang penuh ditaburi bunga-bungaan. Sebelah ke muka,
ditengah-tengah, dan sebelah ke belakang, jenazah itu dipayungi dengan payung
kuning, tanda yang meninggal itu seorang bangsawan tinggi.
Kebiasaan : Saat ada orang meninggal, jenazah akan
ditutupi dengan kain putih dan ditaburi bunga, dan apabila yang meninggal
adalah bangsawan akan dipayungi dengan payung kuning
c. "Sampai sekarang aku belum mengerti, bagaimana pikiranmu, tatkala
mengawini perempuan itu. Apanya yang kau pandang? Bagusnya itu saja? Apa
gunanya beristri bagus, kalau bangsa tak ada, Serdadu Belanda bagus juga,
tetapi siapa yang suka menjemputnya?"
Kebiasaan : orang berpangkat tinggi
di padang, memandang perempuan hanya dari pangkatnya.
d. “Bukankah baik orang berbangsa itu beristri berganti-ganti, supaya
kembang keturunannya? Bukankah hina, jika ia beristri hanya seorang saja?
Sedangkan orang kebanyakan, yang tiada berpangkat dan tiada berbangsa,
terkadang-kadang sampai empat istrinya, mengapa pula engkau tiada?”
Kebiasaan : oorang
berpangkat tinggi di padang biasa beristrikan lebih dari satu.
C.
Etika
1. Etika : Meminta
izin kepada orang tua sebelum bepergian
Bukti
kalimat : Setelah dilihat Samsu ayahnya, lalu dihampirinya
orangtuanya itu, seraya berkata, "Kalau Ayah izinkan, hamba hendak pergi
esok hari bermain-main ke gunung Padang."
2.
Etika : Menjenguk
saudara dekat yang sedang sakit setelah pulang dari suatu tempat yang jauh.
Bukti
kalimat : "Sakit apakah Mamanda
Baginda Sulaiman?" tanya Samsu. "Sakit demam dan sakit kepala," jawab Sitti Maryam.
"Baiklah, segera hamba pergi ke sana,"
kata Samsu, lalu masuk ke biliknya akan
menukar pakaiannya. Tatkala itu datanglah sais Ali membawa
sekalian buah-buahan yang dibawa Samsu dari Jakarta.
2.
Etika : Jika pergi ke tempat yang
baru, hendaknya mematuhi aturan, adat, dan kebiasaan yang berlaku di tempat
tersebut
Bukti
kalimat : “Jika pergi ke
negeri orang, haruslah air
orang disauk, dan ranting orang
dipatah, artinya jangan
membawa aturan sendiri, melainkan adat kebiasaan orang dan negeri itulah yang dipakai dan dijalanan”
sumber : http://miawwcuapcuap.blogspot.com/2013/11/sinopsis-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik.html
Anda Hobi Memprediksi Angka Togel ? Punya Mimpi Keberuntungan yang Tepat ? Tapi Bingung Cari Bandar Togel Yang Aman dan Terpercaya ?
BalasHapusMari Bergabung Bersama Kami di suksestoto,com , Kami Salah Satu
Untuk Anda Member yang baru bergabung!kami memberikan Promo Khusus yaitu :
-Bonus New Member 10rb untuk deposit pertama kali 50rb
Promo Untuk Member Lama dan Member Baru :
-Bonus Komisi 2% untuk anda yang mengajak Teman bermain.
-Bonus Diskon Besar Besaran :
*4D Diskon - 66% Hadiah 1.000 = 3.000.000 ( 1:3000 )
*3D Diskon - 59% Hadiah 1.000 = 400.000 ( 1:400 )
*2D Diskon - 29% Hadiah 1.000 = 70.000 ( 1:70 )
-Bonus Jackpot Mingguan sebesar 2%
Ayo Pasang angka anda di (S) (U) (K) (S) (E) (S) (4) (D) BO yang sudah terbukti Aman dan Terpercaya,silahkan Add pin BB kami pak 2B4BABF8 / 7B59A173
salam JP! dari SUKSES4D
togel singapore