I.tokoh Utama
1) Hanafi
2) Corrie
3)Rapiah
II. Sinopsis Novel Salah Asuhan
Hanafi,
laki-laki muda asli Minangkabau, berpendidikan tinggi dan berpandangan
kebarat-baratan. Bahkan ia cenderung memandang rendah bangsanya sendiri.
Dari kecil Hanafi berteman dengan Corrie du Bussee, gadis Indo-Belanda
yang amat cantik parasnya. Karena selalu bersama-sama mereka pun saling
mencintai. Tapi cinta mereka tidak dapat disatukan karena perbadaan
bangsa. Jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan Belanda maka
mereka akan dijauhi oleh para sahabatnya dan orang lain. Untuk itu
Corrie pun meninggalkan Minangkabau dan pergi ke Betawi. Perpindahan itu
sengaja ia lakukan untuk menghindar dari Hanafi dan sekaligus untuk
meneruskan sekolahnya.
Akhirnya
ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah. Rapiah adalah sepupu
Hanafi, gadis Minangkabau sederhana yang berperangai halus, taat pada
tradisi dan adatnya. Ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah
yaitu untuk membalas budi pada ayah Rapiah yang telah membantu membiayai
sekolah Hanafi. Awalnya Hanafi tidak mau karena cintanya hanya untuk
Corrie saja. Tapi dengan bujukan ibunya walaupun terpaksa ia menikah
juga dengan Rapiah. Karena Hanafi tidak mencintai Rapiah, di rumah Rapiah
hanya diperlakukan seperti babu, mungkin Hanafi menganggap bahwa Rapiah
itu seperti tidak ada apabila banyak temannya orang Belanda yang datang
ke rumahnya. Hanafi dan Rapiah dikarunia seorang anak laki-laki yaitu
Syafei.
Suatu
hari Hanafi digigit anjing gila, maka dia harus berobat ke Betawi agar
sembuh. Di Betawi Hanafi dipertemukan kembali dengan Corrie. Disana,
Hanafi menikah dengan Corrie dan mengirim surat
pada ibunya bahwa dia menceraikan Rapiah. Ibu Hanafi dan Rapiah pun
sangat sedih tetapi walaupun Hanafi seperti itu Rapiah tetap sabar dan
tetap tinggal dengan Ibu Hanafi. Perkawinannya dengan Corrie ternyata
tidak bahagia, sampai-sampai Corrie dituduh suka melayani laki-laki lain
oleh Hanafi. Akhirnya Corrie pun sakit hati dan pergi dari rumah menuju
Semarang.
Corrie sakit Kholera dan meninggal dunia. Hanafi sangat menyesal telah
menyakiti hati Corrie dan sangat sedih atas kematian Corrie, Hanafi pun
pulang kembali ke kampung halamannya dan menemui ibunya, disna Hanafi
hanya diam saja. Seakan-akan hidupnya sudah tidak ada artinya lagi.
Hanafi sakit, kata dokter ia minum sublimat (racun) untuk mengakiri
hidupnya, dan akhirnya dia meninggal dunia.
III. Analisis Unsur Intrinsik
1. Tema
Adapun tema yang terkandung dalam novel Salah Asuhan adalah perbedaan adat istiadat.
2. Alur
Alur yang digunakan dalam novel Salah Asuhan adalah alur maju karna pengarang menceritakan kisahnya kemasa selanjutnya.
3. Pusat Pengisahan/Sudut Pandang
Dalam novel Salah Asuhan, pengarang bertindak sebagai orang ketiga yaitu menceritakan kehidupan tokoh-tokoh pada novel.
4. Latar/setting
Latar atau tempat terjadinya yaitu :
1) Lapangan tennis.
“Tempat bermain tennis, yang dilindungi oleh pohon-pohon kelepa disekitarnya, masih sunyi” (hal.1, paragraf 1)
2) Minangkabau
“Sesungguhnya
ibunya orang kampung, dan selamanya tinggal di kampung saja, tapi
sebabkasihan kepada anak, ditinggalkannyalah rumah gedang di Koto Anau,
dan tinggallah ia bersma-sama dengan Hanafi di Solok.” (halaman 23,
paragraf 3)
“Maka
tiadalah ia segan-segan mengeluarkan uang buat mengisi rumah sewaan di
Solok itu secara yang dikehendaki oleh anaknya.” (halaman 23, paragraf
4)
3) Betawi
“Dari kecil Hanafi sudah di sekolahkan di Betawi”(hal.23, paragraph 1)
“Sekarang kita ambil jalan Gunung Sari, Jembatan Merah Jakarta, Corrie!” (halaman 103, Paragraf 2)
4) Semarang
“Pada
keesokan harinya Hanafi sudah dating pula ke rumah tumpangan itu, dan
bukan buatan sedih hatinya, demikian mendengar bahwa Corrie sudah
berangkat. Seketika itu ia berkata hendak menurutkan ke Semarang.” (halaman 186, paragraf 8)
5) Surabaya
“Di Surabaya mereka menumpang semalam di suatu pension kecil,mengaku nama Tuan dan Nona Han.” (halaman 144, paragraf 1)
5. Tokoh
1) Hanafi, wataknya keras kepala, kasar
a) keras kapala
“Memang….kasihan! Ah ibuku…aku pengecut tapi hidupku kosong…habis cita-cita baik…enyah!.” Halaman 259, paragraf 8)
b) kasar
“ Hai Buyung! Antarkan anak itu dahulu kebelakang!” kata Hanafi dengan suara bengis dari jauh.” (halaman 80, paragraf 2)
2) Corrie, wataknya baik, mudah bergaul
a) baik
“O, sigaret tante boleh habiskan satu dos. Sudah tentu enak, ayoh coba!” (halaman 164, paragraf 8)
b) mudah bergaul
“Oh,
ruangan di jantung tuan Hanafi amat luas,” kata Corrie sambil tertawa,
“buat dua tuga orang perempuan saja masih berlapang-lapang.” (halaman 7,
paragraf 2)
3) Rapiah, wataknya sabar, baik
a) sabar
“Rapiah
tunduk, tidak menyahut, airmatanya saja berhamburan. Syafei, dalam
dukungan ibunya yang tadinya menangis keras, lalu mengganti tangisnya
dengan beriba-iba. Seakan-akan tahulah anak kecil itu, bahwa ibunya yang
tdak berdaya, sedang menempuh azab dunia dan menanggung aib di
muka-muka orang.” (halaman 83, paragraf 4)
b) baik
“Apakah
ayahmu orang baik? Uah sungguh-sungguh orang baik. Kata ibuku tidak
adalah orang yang sebaik ayahku itu.” (halaman 238, paragraf 5)
4) Ibu Hanafi, wataknya sabar dan baik
a) sabar
“Astagfirullah, Hanafi! Turutilah ibumu mengucap menyebut nama Allah bagimu dan tidak akan bertutur lagi dengan sejauh itu tersesatnya” (halaman 85, paragraf 4)
b) baik
“Sekarang
sudah setengah tujuh, sudah jauh terlampau waktu berbuka, Piah!
Sebaik-baiknya hendaklah engkau pergi makan dahulu.” (halaman 119,
paragraf 4)
5) Tuan Du Busse, wataknya tegas
“Tapi Corrie mesti bersekolah yang sepatut-patutnya” (halaman 10, paragraf 5)
6) Si Buyung, wataknya penurut
“Kau
kugaji buat kesenanganku dan bukan buat bermalas-malas. Hamba disuruh
kejalan.Diam! Bawa anak itu ke belakang. Angkat teh ke dapurl alu
menceritakan apa yang diperintahkan kepadanya. Oleh karena gula habis’
terpaksalah ia disuruh ke toko yang tidak berapa jauh letaknya dari
rumah.” (halaman 80, paragraf 2)
7) Syafei, wataknya berani
“Itulah yang kusukai, bu. Sekian musuh nanti kusembelih dengan pedangku.” (halaman 196, paragraf 8)
6. Gaya Bahasa
Gaya
bahasa yang digunakan dalan novel Salah Asuhan ini cukup sulit untuk
diartikan. Karna novel ini adalah novel lama dan dilamnya juga terdapat
bahasa Belanda. Pada novel ini juga terdapat :
a) Peribahasa
“saat ini, air mukamu jerni, keningmu licin, bolehkah ibu menuturkan niatku itu, supaya tidak menjadi duri dalam daging” (halaman 25, paragraf 3)
b) Majas perbandingan (perumpamaan)
“Sesungguhnya tiadalah berdusta apabila ia berkata sakit kepala, karna sebenarnyalah kepalanya bagai dipalu” (halaman 47, paragraf 2)
7. Amanat
Adapun amanat yang terkandung dalam novel Salah Asuhan adalah :
1)
Janganlah melupakan adat istiadat negeri sendiri, jikalau ada adat
istiadat dari bangsa lain, boleh saja kita menerima tapi harus pandai
memilih, yaitu pilihlah adat yang layak dan baik kita terima di negeri
kita.
2)
Jangan memaksakan suatu pernikahan yang tidak pernah diinginkan oleh
pengantin tersebut, karena akhirnya akan saling menyiksa keduanya.
8. Diksi
Pemilihan kata pada novel Salah Asuhan ini cukup sulit untuk dimengerti karena banyak terdapat bahasa Belanda.
IV. Analisis Unsur Ekstrinsik
1. Latar belakang penciptaan karya sastra
Berasal dari luar diri pengarang, karena pada novel ini pengarang hanya sebagai sudut pandang orang ketiga.
2. Sejarah dan latar belakang pengarang
Abdoel
Moeis (lahir di Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatera Barat, 3 Juli 1883 –
wafat di Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun) adalah
seorang sastrawan dan wartawan Indonesia. Pendidikan terakhirnya adalah
di Stovia (sekolah kedokteran, sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), Jakarta
akan tetapi tidak tamat. Ia juga pernah menjadi anggota Volksraad yang
didirikan pada tahun 1916 oleh pemerintah penjajahan Belanda.
3. Kondisi masyarakat saat karya sastra diciptakan.
Pengarang
menciptakan novel ini karena berdasarkan kehidupan sosial masyarakat
pada masa itu yang menceritakan seseorang yang melupakan adat
istiadatnya.
V. Relevansi dengan zaman sekarang.
Dalam novel Salah Asuhan
ini, banyak menceritakan tentang kedurhakaan seorang anak pada ibunya.
Yang mana pada zaman sekarang ini juga banyak anak yang durhaka pada
ibunya. Bahkan sampai-sampai anak tersebut disumpahi oleh ibunya. Disini
juga dijelaskan bahwa adanya orang yang melupakan adat istiadatnya
sendiri. Sebagaimana kita tahu bahwa remaja saat ini juga bersikap
demikian.
sumber : http://uts083877.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar